Kambing Sapera mampu mencapai lama laktasi hingga 1 tahun dan postur tubuhnya lebih besar
Berjalan-jalan di kandang Multi Karya Farm
(MKF) Karanganyar, terlihat kambing Sapera betina berbulu putih bersih,
tubuh bulat padat, postur semampai, telinga pendek mengarah ke atas,
suka mencari perhatian kepada orang yang mendekatinya, dan yang jelas
ambingnya besar. “Mereka suka naik dinding kandang, dan agak genit
sehingga cukup fotogenik,” kata Isnan Ali, pengelola MKFsambil
tersenyum. Kambing Sapera jantan bertanduk pipih berulir ke arah
belakang, sedangkan betina sebagian bertanduk lurus sedikit bengkok ke
belakang.
Ali menerangkan, kambing Saanen murni berbadan kecil, betis tipis, bulu
tipis, leher jenjang, dan beberapa memiliki ‘anting-anting’ gelambir
pada leher di bagian bawah rahangnya. “Ada yang bilang posturnya mirip
kancil, dan kalau berdiri memanjat dinding kandang bentuk tubuhnya mirip
meerkat (hewan kecil dari gurun dan padang rumput Afrika),” tutur
mahasiswa Akademi Peternakan Karanganyar (APEKA) ini.
Sapera F1, kata Ali, masih menunjukkan ciri antara kambing PE dengan
Saanen. Badannya masih cenderung “gepeng” dan beberapa persen anakannya
masih menyisakan ciri kepala kambing PE. Sedangkan Sapera F2 biasanya
lebih dekat ke ciri Saanen karena merupakan anakan dari induk Sapera F1
yang dikawinkan dengan pejantan Saanen murni. “Tapi ukuran tubuh menjadi
lebih besar karena ada darah PE-nya,”kata Ali.
Bobot badan pada laktasi pertama (umur 1,5 tahun) Sapera F2 betina
antara 25 – 30 kg. Pada umur 2 tahun sama F2 pejantan bisa menembus 40 -
50 kg perekor. Betina afkir yang sudah tidak produktif bisa digemukkan,
hingga bobotnya bisa mencapai 40 – 60 kg.
Ciri yang paling khas dari ambing kambing Saanen maupun Sapera yang
baik adalah memiliki ambing berbentuk kantong. Puting berada di samping
belakang ambing, sehingga saat kambing rebah, putingtidak menyentuh
lantai. Beda dengan ambing PE yang berbentuk botol terbalik dengan
puting di ujung bawah. “Sehingga saat puncak produksi putingrawan kotor
karena terkulai ke lantai dan rawan terinjak,”kata Ali.
Perbedaan ini berpengaruh terhadap produksi susu yang lebih banyak
karena volume ambing yang besar. Selain itu, saanen/Sapera lebih jarang
terkena infeksi mastitis karena ujung puting tidak menyentuh lantai,
meskipun ambingnya besar dan produksinya banyak.
Total populasi kambing di MKF mencapai 212 ekor, dari berbagai umur.
Sekitar 80% berjenis Sapera, sisanya saanen keturunan murni dan PE.Saat
ini ada 61 ekor induk Sapera produktif di MKF. “Yang baru puncak
produksi ada 10 ekor, 15 ekor menjelang beranak, dan 36 ekor menjelang
dikeringkan karena sudah memasuki periode akhir kebuntingan (jelang
beranak),”ungkapnya.
Menurut pemilik MKF, Habib Abdillah Anis, total produksi susu kambing
rata-rata 30 liter perhari dengan kisaran 27 – 30 liter/hari. Harganya
mencapai Rp 30.000/liter. “Harga untuk pemesan Jakarta bisa mencapai Rp
35.000 sudah termasuk ongkos kirim Rp 2.000 perliter. Pemesanan luar
kota minimal 25 liter per pengiriman,”kataAnis setengah promosi.
Karakter Sapera
Anis menjelaskan, kambing Saanen maupun Sapera menunjukkan produktivitas yang jauh lebih tinggi dibanding kambing PE. “Kambing Sapera mampu mencapai lama laktasi hingga 1 tahun, asal tak dikawinkan pada periode awal laktasi,”katanya. Sangat jauh dibanding PE yang hanya mampu laktasi antara 5 – 6 bulan saja, setelah itu pasti kering. Itulah mengapa – duga Anis – di luar negeri seperti Amerika dan Australia kambing yang diternakkan untuk diperah hanyalah dari jenis Saanen dan Nubian saja.
Anis menjelaskan, kambing Saanen maupun Sapera menunjukkan produktivitas yang jauh lebih tinggi dibanding kambing PE. “Kambing Sapera mampu mencapai lama laktasi hingga 1 tahun, asal tak dikawinkan pada periode awal laktasi,”katanya. Sangat jauh dibanding PE yang hanya mampu laktasi antara 5 – 6 bulan saja, setelah itu pasti kering. Itulah mengapa – duga Anis – di luar negeri seperti Amerika dan Australia kambing yang diternakkan untuk diperah hanyalah dari jenis Saanen dan Nubian saja.
Produktivitas rata-rata kambing Sapera di MKF mencapai 2,8 liter
perekor perhari. “Kalau rentangannya dari 1,3 liter/ekor/hari hingga 4
liter/ekor/hari,”terang Anis. Kambing Sapera yang berproduksi 1,3 liter
perhari itu baru laktasi pertama. Anis menambahkan, kambing yang diperah
hanya jenis Sapera saja. Kambing Saanen (murni) tidak diperah kecuali
jika terlihat ambingnya terlalu penuh. Hal ini karena induk Saanen murni
dibiarkan menyusui anaknya yang akan menjadi F1 Sapera. “Kami memiliki
Saanen F1 sebanyak 6 ekor. Sudah ‘bercicit’ hingga F3,” katanya.
Dengan populasi Sapera yang kini telah mencapai 150-an ekor, Anis
leluasa untuk melakukan seleksi. “Hanya kambing Sapera yang ciri fisik
dan ambingnya mendekati Saanen yang akan dijadikan induk. Supaya
produksi susunya banyak dan bisa efisien biaya produksinya,”papar
Sarjana teknik Industri dari Universitas Islam Indonesia – Jogjakarta
ini.