Selasa, 22 Oktober 2013

Kenali Protein pada Telur Ayam

Livestockreview.com, Produk Olahan.
Pada telur ayam, bagian terbesar darinya adalah putih telur, yaitu 56-61% dari keseluruhan telur. Putih telur terdiri atas empat lapisan, yaitu lapisan encer luar, lapisan kental luar, lapisan encer dalam, dan lapisan khalazaferous. Perbedaan kekentalan dari lapisan tersebut adalah kandungan air yang terdapat di dalamnya.
Putih telur merupakan cairan yang tidak berwarna, mengandung air yang merupakan komponen terbesar dari telur. Putih telur dikenal dengan sebutan albumin (albus = putih), karena bila dikoagulasikan, putih telur akan menghasilkan endapan yang berwarna putih. Bagian paling dominan pada telur ini mengandung air hingga 88% dari berat total putih telur dan protein lebih dari 80% berat kering.
Protein yang terkandung di dalamnya terdiri dari protein serabut ovomucin dan protein globular. Protein yang banyak terdapat antara lain : ovalbumin, conalbumin (ovotransferrin), ovomucoid, lyzozyme, flavoprotein, ovoglobulin, ovoinhibitor, dan avidin.
Yang patut diketahui, protein putih telur lebih sensitif terhadap panas daripada kuning telur. Koagulasi mulai terjadi pada suhu 60̊C pada putih telur dan 65̊C pada kuning telur. Ovalbumin pada putih telur merupakan protein yang lebih tahan terhadap pemanasan tetapi mudah terdenaturasi dan terkoagulasi karena pengocokan.
Berkurangnya gas CO2 yang ada di dalam telur menyebabkan terjadinya peningkatan nilai pH. Putih telur juga mengandung garam natrium dan kalium karbonat yang merupakan bahan penyusun larutan buffer. Apabila kandungan CO2 di dalam telur berkurang maka kandungan ion bikarbonat berkurang sehingga kemampuan buffer telur menurun dan pH meningkat.
Peningkatan nilai pH yaitu dari nilai 7 menjadi 9-9,7 menyebabkan terjadinya ikatan antara lysozyme dan ovomucin. Ovomucin terdiri atas dua tipe yaitu α-ovomucin dan β-ovomucin. β-ovomucin yang paling berpengaruh terhadap adanya pengenceran di putih telur.

Kenali Protein pada Telur Ayam

Livestockreview.com, Produk Olahan.
Pada telur ayam, bagian terbesar darinya adalah putih telur, yaitu 56-61% dari keseluruhan telur. Putih telur terdiri atas empat lapisan, yaitu lapisan encer luar, lapisan kental luar, lapisan encer dalam, dan lapisan khalazaferous. Perbedaan kekentalan dari lapisan tersebut adalah kandungan air yang terdapat di dalamnya.
Putih telur merupakan cairan yang tidak berwarna, mengandung air yang merupakan komponen terbesar dari telur. Putih telur dikenal dengan sebutan albumin (albus = putih), karena bila dikoagulasikan, putih telur akan menghasilkan endapan yang berwarna putih. Bagian paling dominan pada telur ini mengandung air hingga 88% dari berat total putih telur dan protein lebih dari 80% berat kering.
Protein yang terkandung di dalamnya terdiri dari protein serabut ovomucin dan protein globular. Protein yang banyak terdapat antara lain : ovalbumin, conalbumin (ovotransferrin), ovomucoid, lyzozyme, flavoprotein, ovoglobulin, ovoinhibitor, dan avidin.
Yang patut diketahui, protein putih telur lebih sensitif terhadap panas daripada kuning telur. Koagulasi mulai terjadi pada suhu 60̊C pada putih telur dan 65̊C pada kuning telur. Ovalbumin pada putih telur merupakan protein yang lebih tahan terhadap pemanasan tetapi mudah terdenaturasi dan terkoagulasi karena pengocokan.
Berkurangnya gas CO2 yang ada di dalam telur menyebabkan terjadinya peningkatan nilai pH. Putih telur juga mengandung garam natrium dan kalium karbonat yang merupakan bahan penyusun larutan buffer. Apabila kandungan CO2 di dalam telur berkurang maka kandungan ion bikarbonat berkurang sehingga kemampuan buffer telur menurun dan pH meningkat.
Peningkatan nilai pH yaitu dari nilai 7 menjadi 9-9,7 menyebabkan terjadinya ikatan antara lysozyme dan ovomucin. Ovomucin terdiri atas dua tipe yaitu α-ovomucin dan β-ovomucin. β-ovomucin yang paling berpengaruh terhadap adanya pengenceran di putih telur.

Kenali Protein pada Telur Ayam

Livestockreview.com, Produk Olahan.
Pada telur ayam, bagian terbesar darinya adalah putih telur, yaitu 56-61% dari keseluruhan telur. Putih telur terdiri atas empat lapisan, yaitu lapisan encer luar, lapisan kental luar, lapisan encer dalam, dan lapisan khalazaferous. Perbedaan kekentalan dari lapisan tersebut adalah kandungan air yang terdapat di dalamnya.
Putih telur merupakan cairan yang tidak berwarna, mengandung air yang merupakan komponen terbesar dari telur. Putih telur dikenal dengan sebutan albumin (albus = putih), karena bila dikoagulasikan, putih telur akan menghasilkan endapan yang berwarna putih. Bagian paling dominan pada telur ini mengandung air hingga 88% dari berat total putih telur dan protein lebih dari 80% berat kering.
Protein yang terkandung di dalamnya terdiri dari protein serabut ovomucin dan protein globular. Protein yang banyak terdapat antara lain : ovalbumin, conalbumin (ovotransferrin), ovomucoid, lyzozyme, flavoprotein, ovoglobulin, ovoinhibitor, dan avidin.
Yang patut diketahui, protein putih telur lebih sensitif terhadap panas daripada kuning telur. Koagulasi mulai terjadi pada suhu 60̊C pada putih telur dan 65̊C pada kuning telur. Ovalbumin pada putih telur merupakan protein yang lebih tahan terhadap pemanasan tetapi mudah terdenaturasi dan terkoagulasi karena pengocokan.
Berkurangnya gas CO2 yang ada di dalam telur menyebabkan terjadinya peningkatan nilai pH. Putih telur juga mengandung garam natrium dan kalium karbonat yang merupakan bahan penyusun larutan buffer. Apabila kandungan CO2 di dalam telur berkurang maka kandungan ion bikarbonat berkurang sehingga kemampuan buffer telur menurun dan pH meningkat.
Peningkatan nilai pH yaitu dari nilai 7 menjadi 9-9,7 menyebabkan terjadinya ikatan antara lysozyme dan ovomucin. Ovomucin terdiri atas dua tipe yaitu α-ovomucin dan β-ovomucin. β-ovomucin yang paling berpengaruh terhadap adanya pengenceran di putih telur.

Kenali Protein pada Telur Ayam

Livestockreview.com, Produk Olahan.
Pada telur ayam, bagian terbesar darinya adalah putih telur, yaitu 56-61% dari keseluruhan telur. Putih telur terdiri atas empat lapisan, yaitu lapisan encer luar, lapisan kental luar, lapisan encer dalam, dan lapisan khalazaferous. Perbedaan kekentalan dari lapisan tersebut adalah kandungan air yang terdapat di dalamnya.
Putih telur merupakan cairan yang tidak berwarna, mengandung air yang merupakan komponen terbesar dari telur. Putih telur dikenal dengan sebutan albumin (albus = putih), karena bila dikoagulasikan, putih telur akan menghasilkan endapan yang berwarna putih. Bagian paling dominan pada telur ini mengandung air hingga 88% dari berat total putih telur dan protein lebih dari 80% berat kering.
Protein yang terkandung di dalamnya terdiri dari protein serabut ovomucin dan protein globular. Protein yang banyak terdapat antara lain : ovalbumin, conalbumin (ovotransferrin), ovomucoid, lyzozyme, flavoprotein, ovoglobulin, ovoinhibitor, dan avidin.
Yang patut diketahui, protein putih telur lebih sensitif terhadap panas daripada kuning telur. Koagulasi mulai terjadi pada suhu 60̊C pada putih telur dan 65̊C pada kuning telur. Ovalbumin pada putih telur merupakan protein yang lebih tahan terhadap pemanasan tetapi mudah terdenaturasi dan terkoagulasi karena pengocokan.
Berkurangnya gas CO2 yang ada di dalam telur menyebabkan terjadinya peningkatan nilai pH. Putih telur juga mengandung garam natrium dan kalium karbonat yang merupakan bahan penyusun larutan buffer. Apabila kandungan CO2 di dalam telur berkurang maka kandungan ion bikarbonat berkurang sehingga kemampuan buffer telur menurun dan pH meningkat.
Peningkatan nilai pH yaitu dari nilai 7 menjadi 9-9,7 menyebabkan terjadinya ikatan antara lysozyme dan ovomucin. Ovomucin terdiri atas dua tipe yaitu α-ovomucin dan β-ovomucin. β-ovomucin yang paling berpengaruh terhadap adanya pengenceran di putih telur.

Mana Lebih Baik, Susu Sapi atau Susu Kambing?

Livestockreview.com, riset.
Susu apa yang biasa Anda konsumsi? Susu sapi atau susu kambing? Sebenarnya, keduanya sama-sama menjadi salah satu sumber nutrisi protein hewani terbaik yang dibutuhkan tubuh. Namun tetap ada bedanya. Apa saja?
Susu sapi dan kambing sama-sama mengandung kadar kalsium yang sama dan beberapa jenis vitamin serta mineral lainnya. Namun, menurut British Dietetic Assiciation, kandungan vitamin B12 yang penting untuk pembentukan sel darah merah, lebih banyak terkandung dalam susu sapi.  Setengah gelas susu sapi sudah mengandung hampir dua pertiga asupan harian yang direkomendasikan. Anda harus minum sembilan kali susu kambing untuk mendapatkan tingkat yang sama dengan susu sapi.
Terbukti, beberapa anak yang diberi susu kambing ditemukan kekurangan vitamin B12, termasuk gejala kelelahan dan lemah. Satu porsi 100 ml susu sapi mengandung 67 kalori dan 3,9 gram lemak.
Menurut penelitian tahun lalu yang dilakukan oleh peneliti dari University of Granada di Spanyol, susu kambing dapat meningkatkan penyerapan zat besi yang lebih efektif dibandingkan susu sapi. Studi ini juga menemukan bahwa susu kambing mengandung tingkat tinggi seng dan selenium, yang membantu sistem kekebalan tubuh.
Penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa susu kambing mengandung oligasakarida dalam jumlah besar, sebuah senyawa di usus besar untuk mencerna makanan dan bertindak seperti prebiotik, serta meningkatkan pertumbuhan prebiotik sehat.
Satu porsi 100 ml susu kambing mengandung 60 kalori dan 3,5 gram lemak. Karena mengandung lebih sedikit kalori, susu kambing bisa membuat berat badan Anda terjaga dan meminimalkan perut kembang.
Namun, susu kambing tidak disarankan untuk bayi dan anak-anak, karena proteinnya terlalu terkonsentrasi bagi anak-anak untuk dicerna dan beberapa sumber itu tidak dipasteurisasi (pemanasan makanan), sehingga meningkatkan resiko infeksi bakteri, diare dan penyakit.

Susu, Minuman Sehat Sepanjang Masa

Livestockreview.com, Produk Olahan. Siapa pun pasti sudah mengetahui tentang manfaat susu. Bahkan sejak kecil kita telah dibiasakan untuk meminumnya. Susu adalah minuman yang kaya sumber kalsium, vitamin D dan fosfor.
Kesimbangan nutrisinya telah terbukti membawa dampak positif pada pertumbuhan tulang. ” Susu rendah lemak atau yang mengandung lemak sama-sama memberikan nutrisi yang sama untuk tubuh” ujar Dr Wendy Bazilian, penulis buku Diet Superfoods Rx. Bedannya hanya terletak pada kandungan lemak yang ada di dalamnya. Susu juga dikenal dengan minuman sehat dengan sodium rendah, tetapi mengandung kalium yang berfungsi untuk tekanan darah yang sehat.
Kalsium memberikan kontribusi pada pembentukan otot.
Kalsium berperan penting dalam otot, terutama pada fase kontraksi. Untuk menjaga kesimbangan tubuh saat bekerja keras kalsium dalam aliran darah. Proses ini dikenal dengan nama homeostasis. Kalsium berperan dalam kontraksi pembuluh darah dan ekspansi, jika kalsium rendah maka tubuh akan kalsium dari tulang untuk mengisi kalsium dalam darah. Tetapi jika Anda konsumsi kalsium dengan cukup, Anda dapat menjaga totalitas kasium pada tulang dan darah.
Badan peminum susu cenderung langsing
Selain memiliki tulang yang sehat, Dr Bazilian juga mengatakan para peminum susu cenderung memiliki pola makanan yang sehat dan cenderung memiliki bentuk badan kurus. Dan bagi penderita obesitas konsumsi susu dapat memberikan kontribusi penting pada penurunan berat badan, tulang kuat dan lainnya.
Berapa banyak manfaat susu?
Tubuh membutuhkan tiga gelas susu per harinya. Hasilnya adalah Anda akan mendapatkan 100 persen kalsium, 75 persen vitamin, dan nutrisi lainnya seperti protein, kalium, fosfor, vitamin A dan B12. Semua nutrisi ini sangat dibutuhkan untuk menjaga kondisi tulang yang sehat.
Apa yang harus dilakukan jika alergi susu?
Intoleransi laktosa adalah suatu kondisi dimana seseorang tidak dapat mencerna susu dengan baik. Ini disebabkan karena orang tersebut tidak cukup memiliki enzim laktase yang berfungsi untuk mencerna susu. Namun, tidak berarti para penderita intoleransi tidak bisa mendapatkan kalsium. Solusinya adalah Anda dapat konsumsi cemilan yang diolah dari susu, keju, atau yogurt.

Penggunaan Antibiotika Berlebihan Mengancam Keamanan Daging

Livestockreview.com, Produk Olahan.
daging macam2
Daging bukan hanya komoditas pertanian yang punya nilai ekonomi, melainkan juga esensial bagi pemenuhan kebutuhan gizi rakyat Indonesia, terutama generasi muda bangsa. Namun, kepedulian konsumen akan kesehatan daging masih belum terbangun dengan baik dan benar. Daging sehat adalah daging yang berasal dari pola budidaya ternak yang sehat, tidak mencemari lingkungan, dan disembelih secara ‘manusiawi’.
Kesehatan daging semestinya menjadi hal mendesak, dengan pergerakan industri dari sekadar komoditas menjadi daging berkualitas (quality meat). Kompleksnya kesehatan daging ditentukan sejak di hulu dari peternakan asal sampai ke hilir, melalui rantai suplai yang cukup panjang. Cara pemberian pakan, antibiotik, dan hormon pemacu pertumbuhan untuk ternak di hulu sangat memengaruhi kesehatan daging. Begitu juga pestisida yang digunakan untuk penyemprotan kandang dan lahan peternakan.
Penggunaan antibiotik berlebihan pada ternak dapat memunculkan masalah kekebalan pada manusia. Penggunaan hormon pada ternak akan berakumulasi dalam daging ternak, kemudian memengaruhi sistem kekebalan endokrin manusia. Residu pestisida dalam daging ternak bisa mengganggu kesehatan manusia.
Meskipun data gangguan kesehatan daging belum banyak ditemukan di Indonesia, bukan berarti harus diabaikan begitu saja. Data yang sudah dipublikasikan mengindikasikan adanya residu hormon Trenbolon acetat dalam daging impor ataupun sapi-sapi bakalan dari Australia. Walaupun proporsi residu rendah dan kadar yang ditemukan masih di bawah ambang batas toleransi, kondisi ini tetap mengharuskan dilakukannya pengawasan kesehatan daging berkelanjutan.
Kita tetap harus ingat pada risiko lain, seperti penyakit sapi gila atau bovine spongiform enchelophaty (BSE) yang muncul akibat bagian-bagian tubuh sapi diberikan sebagai pakan sapi. BSE dianggap paling berisiko, tetapi masih banyak penyakit mikrobial asal daging lainnya, sebutlah seperti Escherichia coli O157, salmonellosis, dan staphylococcosis.

Menelusuri Muasal Sapi Indonesia

Livestockreview.com, Referensi.


ternak sapi brahman cross2
Muasal ternak sapi Indonesia agaknya perlu diubah. Selama ini sapi di Indonesia disebut-sebut sebagai keturunan sapi impor, yakni sapi India (benggala) dan sapi Eropa (ongole). Ternyata, berdasarkan penelitian Sutopo dari Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang, sapi asli Indonesia berasal dari Bali.Secara fisik, penampilan sapi Bali bisa dibedakan dari sapi India dan Eropa. Sapi India memiliki punggung yang berpunuk, sedangkan sapi Eropa tak berpunuk. Sapi Bali berwarna cokelat, dengan pantat putih, kaki seperti berkaus putih, dan garis hitam di punggung. Biasanya daging sapi Bali dikonsumsi masyarakat banyak.Adapun sapi India dan Eropa, kebanyakan dikonsumsi ketika hari raya, atau dalam sebuah perjamuan di hotel atau restoran.
Penemuan sapi asli Indonesia melalui penelitian Sutopo untuk disertasi doktornya di Tokyo University of Agriculture, Jepang beberapa tahun lalu tersebut tentu amat berarti. Sebab, pendapat selama ini, yang seperti mitos, menganggap bahwa sapi Indonesia berasal dari induk sapi luar, terutama India. Hal itu tak lain lantaran data arkeologi tentang asal-usul sapi Indonesia amat minim. Paling banter, “Hanya ada bukti arkeologi berupa relief di Candi Borobudur,” ujar Sutopo. Bukti itu pun cuma menggambarkan peran sapi sebagai ternak dan pembantu petani untuk menggarap sawah serta ladang.
Seorang ilmuwan Jepang, Takao Namikawa, pada 1970-an pernah meneliti sapi Indonesia. Toh, ia belum menemukan riwayat sapi Indonesia. Dua puluh tahun kemudian, ilmuwan lain yang juga dari Jepang, Takazi Amano, hanya meneliti ternak kerbau. Ketika itu Sutopo membantu Amano di lapangan. Rupanya pengalaman bersama Amano membuat Sutopo, yang semasa kuliah hingga lulus dari Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro tahun 1989 juga merangkap sebagai blantik (pedagang sapi), bersemangat untuk meneliti sejarah sapi asli Indonesia. Untuk itu, ia menggunakan jalur genetika dengan metode penandaan protein enzim dan polymorphism (keragaman) DNA (deoxyribonucleic acid).
Sebanyak 234 ekor sapi berbagai jenis digunakan sebagai sampel. Akhirnya, dengan analisis komponen pembeda utama, diperoleh pengelompokan sapi Bali bersama banteng, yang memiliki ciri-ciri genetis berbeda dengan sapi India dan sapi Eropa, berikut keturunannya. Setelah itu, Sutopo meneliti lagi asal-usul induk pejantan ataupun betina dari sapi Bali. Dengan sampel 700 ekor sapi dan metode microsatellite DNA, diperoleh kesimpulan bahwa induk jantan sapi Bali memang asli Indonesia, bukan keturunan sapi India ataupun Eropa. Kemudian, dengan sampel 600 ekor sapi dan metode mitochondrial DNA (gen spesifik dari induk betina), didapatkan hasil bahwa induk betina sapi Bali juga berasal dari keturunan sapi Bali.
Kelebihan sapi Bali
Itu berarti asal-usul sapi asli Indonesia yang keturunan sapi Bali itu masih murni, tanpa ada pengaruh genetis sapi impor. Berdasarkan itu, Sutopo mendukung adanya upaya melindungi, untuk kemudian mengembangbiakkan kemurnian Sapi Bali. Selama ini turunan sapi India dan Eropa paling banyak dikembangbiakkan dan digunakan oleh petani ataupun peternak Indonesia. Demikian pula dagingnya yang dikonsumsi masyarakat. Padahal, menurut Sutopo, sapi Bali punya beberapa kelebihan dibandingkan dengan sapi impor. Di antaranya kelebihan dalam soal mutu daging, daya tahan terhadap penyakit, dan kemampuan adaptasi. Selain itu, “Sapi Bali selama masa produktifnya mampu beranak tujuh kali, sementara sapi India dan Eropa hanya lima kali,” kata Sutopo. tn/dw/ldi/ind

Dilema Kesehatan Daging

Livestockreview.com, Referensi. 
daging amerika 2

Berapa sebenarnya harga yang sesungguhnya harus dibayar konsumen untuk kesehatan daging? Kita semua tahu pola pangan orang Indonesia bertumpu pada beras. Beda dengan masyarakat di Amerika Utara, Eropa, ataupun China. Protein lebih banyak didapat dari ikan, kedelai, dan telur dibandingkan dari daging dan susu.
Konsumsi daging sapi yang 2 kilogram per kapita per tahun masih sangat rendah kalau dibandingkan dengan negara-negara lain di kawasan ASEAN. Bahkan, jauh lebih rendah daripada Brasil, Rusia, dan China. Orang Indonesia menyukai daging sapi, tetapi lebih banyak mengonsumsi daging ayam.
Sesungguhnya yang terjadi belakangan ini pada sektor sapi potong Indonesia bukan hanya dirasakan sebagai paradoks ekonomi, melainkan juga paradoks kesehatan daging. Di negara ini, bisnis daging sapi telanjur tercipta tanpa terlalu banyak memperhitungkan kelas (grade) ataupun karakteristik produk.
Bagi umumnya konsumen, daging sapi adalah daging merah, kenyal, tak berbau, dan tak berair. Konsumen kurang berminat untuk mengetahui bagaimana daging diproduksi, bagaimana ternak sapi hidup diperdagangkan, bagaimana ternak sapi jadi daging, atau bahkan di mana tempat membeli daging.

Perlu 50 Hari untuk Mengkonversi 5000 Ekor Sapi Menjadi Daging Siap Olah

Livestockreview.com, Bisnis.

 
RPH
Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krishnamurti mengingatkan hal yg sudah sangat jelas perihal tata niaga sapi yang saat ini sedang heboh karena kelangkaan daging sapi.
Bayu menjelaskan bahwa pedagang pasar dan konsumen butuh daging sapi, dan bukannya sapi hidup. Alur konsumen untuk mendapatkan daging sapi yakni, ternak sapi harus diangkut dari tempat pemeliharaan, dipotong di rumah pemotongan ewan (RPH), dibersihkan, diangkut ke pasar, dijual, baru dibeli konsumen.
Memotong sapi di RPH, jelasnya, sejak sapi datang sampai jadi karkas daging siap didagangkan butuh waktu kurang lebih 1-1,5 jam per ekor sapi. “Jadi dengan 10 jam kerja, satu RPH hanya bisa potong dan bersihkan 6-8 ekor sapi. Kalau dua jalur pemotongan bisa 12-16 ekor per hari,”jelas Bayu melalui akun twitternya.
Bayu menandaskan, di Jakarta – Bogor – Depok – Tangerang – Bekasi (Jabodetabek), ada kurang lebih 10 RPH, dengan kapasitas sekitar 100 ekor pemotongan per hari. Maka, untuk memotong 5000 ekor sapi, membutuhkan 50 hari dalam pemrosesannya hingga siap didistribusikan ke masyarakat.
Ia juga mengingatkan bahwa untuk mengangkut sapi dari sebagai salah satu lumbung sapi Indonesia, yakni Nusa Tenggara Barat (NTB), membutuhkan waktu 4-5 hari per 250 ekor, dengan kapasitas 1 truk bisa memuat kurang lebih 10 ekor. Maka, untuk mengirim 5000 ekor sapi dari NTB, membutuh waktu 20-an hari untuk sampai ke Jakarta.
Jadi, untuk mengangkut dan memotong sapi sebanyak 5000 ekor sapi NTB, akan membutuhkan waktu kurang lebih 70 hari untuk menjadi pasokan daging yang siap didistribusikan ke konsumen Jakarta.