Selasa, 11 Februari 2014

Telaah Swasembada Daging 2014 (Bag III): Jenis–jenis Daging Berkualitas

Livestockreview.com, Kampus. 
tern-daging-sapi44
Kriteria yang dipakai sebagai pedoman untuk menentukan kualitas daging yang layak konsumsi adalah keempukan daging, yang ditentukan oleh kandungan jaringan ikat. Semakin tua usia ternak, susunan jaringan ikat semakin banyak sehingga daging yang dihasilkan semakin liat. Jika ditekan dengan jari daging yang sehat akan memiliki konsistensi kenyal.
Kriteria berikutnya adalah kandungan lemak (marbling), yakni lemak yang terdapat diantara serabut otot (intramuscular). Lemak berfungsi sebagai pembungkus otot dan mempertahankan keutuhan daging pada waktu dipanaskan. Marbling berpengaruh terhadap cita rasa.
Warna daging juga menjadi kriteria penting dalam penentuan kualitas daging. Warna daging bervariasi tergantung dari jenis hewan secara genetik dan usia, misalkan daging sapi potong lebih gelap daripada daging sapi perah, daging sapi muda lebih pucat daripada daging sapi dewasa.
Kriteria lain yakni rasa dan aroma dan kelembaban daging. Rasa dan aroma daging dipengaruhi oleh jenis pakan. Daging berkualitas baik mempunyai rasa gurih dan aroma yang sedap. Kelembaban dagong secara normal mempunyai permukaan yang relatif kering sehingga dapat menahan pertumbuhan mikroorganisme dari luar. Dengan demikian mempengaruhi daya simpan daging tersebut.

Telaah Swasembada Daging 2014 (Bag II): Kontribusi Peternakan Berbasis Sumber Daya Lokal dalam Mewujudkan Swasembada Daging

Livestockreview.com, Kampus. 
sapi impor3
Swasembada daging adalah usaha pemerintah untuk meningkatkan jumlah populasi sapi bagi peternak lokal perlu adanya fasilitasi dari pemerintah agar mengairahkan usaha peternakan berupa:penyuluhan peternakan sapi, subsidi dari pemerintah berupa: inseminasi buatan (IB) gratis, vaksinasi gratis, dan pengobatan gratis bagi sapi yang sakit.
Sesungguhnya peternak sapi tradisional tidak memerlukan kredit lunak karena bagi mereka beternak hanyalah usaha sampingan sebagai petani. Sisa hasil pertanian mereka berupa jerami dan rumput pengganggu pertanian adalah pakan sapi mereka, tentu saja jumlah pakannya terbatas sehingga jumlah sapi mereka juga akan mereka batasi sesuai dengan jumlah perkiraan sisa hasil pertanian mereka dan tenaga mereka (hanya 2 – 4 ekor saja). Jadi apabila diberikan kredit hanya akan menambah beban mereka saja, yang diperlukan adalah subsidi dari pemerintah berupa IB, Vaksinasi dan pengobatan gratis bagi ternaknya.
Untuk meningkatkan jumlah sapi pada peternak modern pemerintah hendaknnya mempermudah masyarakat atau importir untuk memasukkan induk sapi betina bunting (betina produktif komersil minimal bunting 70 %).
Peternakan komersil seharusnya tidak dibebani untuk memasukkan sapi bibit karena harganya mahal sehingga nilainya tidak ekonomis untuk berusaha di bidang peternakan, kecuali peternak ini sendiri yang menginginkannya. Pengembangan sapi bibit semestinya menjadi tugas pemerintah dalam rangka pemuliaan hewan, sekaligus sebagai penyediaan seperma untuk Inseminasi Buatan untuk peternak kecil /lokal.(BERSAMBUNG)

Telaah Swasembada Daging 2014 (Bag I)

Livestockreview.com, Kampus. 
sapi
Perkembangan industri peternakan di Indonesia saat ini kian melesat dengan ditandai meningkatnya konsumsi daging dan susu per kapita, oleh karenanya pemerintah kembali mencanangkan program untuk mewujudkan swasembada daging sapi yaitu Program Swasembada Daging Sapi 2014 (PSDS-2014), yang merupakan kelanjutan program sebelumnya yaitu Swasembada Daging 2005 dan Program Percepatan Swasembada Daging Sapi (P2SDS) 2010.
PSDS 2014 merupakan salah satu program dari 21 program utama Departemen Pertanian terkait dengan upaya mewujudkan ketahanan pangan hewani asal ternak berbasis sumberdaya domestik. Program ini diharapkan berlangsung secar berkelanjutan. Swasembada yang dimaksud memiliki arti kemampuan penyediaan daging sapi dalam negeri sebesar 90 – 95% dari total kebutuhan daging nasional. Berkelanjutan artinya, swasembada daging yang ingin dicapai adalah swasembada yang berkelanjutan tidak hanya pada tahun 2014, sehingga perhitungan yang diperoleh tetap mempertahankan tingkat swasembada yang telah dicapai.
Swasembada daging secara langsung akan berdampak positif pada pemerintah dan para peternak. Salah satunya swasembada daging akan mampu turut serta dalam menghemat devisa. Bagi para peternak dan masyarakat program swasembada daging diharapkan mampu menciptakan lapangan kerja yang pada gilirannya akan memberi dampak peningkatan kesejahteraan peternak dan merangsang kegiatan ekonomi di pedesaan.
Bagi masyarakat luas, program swasembada daging akan ikut serta dalam penyediaan gizi dan protein hewani mengingat tanpa swasembada daging konsumsi protein hewani masyarakat Indonesiamerupakan yang terendah di ASEAN.
Jika dibandingkan dengan Malaysia yang konsumsinya mencapai 46,87 kg per kapita per tahun, Indonesia baru mencapai 4,5 kg per kapita per tahun. Lebih lanjut, dijelaskan oleh Hall, 2004 bahwa salah satu dampak dari rendahnya konsumsi protein terlihat dari kualitas kesehatan masyarakatnya.
Hal tersebut dapat dilihat dari nilai Human Development Index (HDI) yang salah satu indikatornya adalah kesehatan. Ranking HDI Indonesia pada tahun 2010 menduduki peringkat 108 dari 169 negara. Jika dibandingkan dengan Malaysia, Indonesia jauh tertinggal karena Malaysia menempati posisi ke-57.(BERSAMBUNG)

Penggunaan Antibiotika Berlebihan Mengancam Keamanan Daging

daging-sapi4
Livestockreview.com, Produk Olahan. Daging bukan hanya komoditas pertanian yang punya nilai ekonomi, melainkan juga esensial bagi pemenuhan kebutuhan gizi rakyat Indonesia, terutama generasi muda bangsa. Namun, kepedulian konsumen akan kesehatan daging masih belum terbangun dengan baik dan benar. Daging sehat adalah daging yang berasal dari pola budidaya ternak yang sehat, tidak mencemari lingkungan, dan disembelih secara ‘manusiawi’.
Kesehatan daging semestinya menjadi hal mendesak, dengan pergerakan industri dari sekadar komoditas menjadi daging berkualitas (quality meat). Kompleksnya kesehatan daging ditentukan sejak di hulu dari peternakan asal sampai ke hilir, melalui rantai suplai yang cukup panjang. Cara pemberian pakan, antibiotik, dan hormon pemacu pertumbuhan untuk ternak di hulu sangat memengaruhi kesehatan daging. Begitu juga pestisida yang digunakan untuk penyemprotan kandang dan lahan peternakan.
Penggunaan antibiotik berlebihan pada ternak dapat memunculkan masalah kekebalan pada manusia. Penggunaan hormon pada ternak akan berakumulasi dalam daging ternak, kemudian memengaruhi sistem kekebalan endokrin manusia. Residu pestisida dalam daging ternak bisa mengganggu kesehatan manusia.
Meskipun data gangguan kesehatan daging belum banyak ditemukan di Indonesia, bukan berarti harus diabaikan begitu saja. Data yang sudah dipublikasikan mengindikasikan adanya residu hormon Trenbolon acetat dalam daging impor ataupun sapi-sapi bakalan dari Australia. Walaupun proporsi residu rendah dan kadar yang ditemukan masih di bawah ambang batas toleransi, kondisi ini tetap mengharuskan dilakukannya pengawasan kesehatan daging berkelanjutan.
Kita tetap harus ingat pada risiko lain, seperti penyakit sapi gila atau bovine spongiform enchelophaty (BSE)yang muncul akibat bagian-bagian tubuh sapi diberikan sebagai pakan sapi. BSE dianggap paling berisiko, tetapi masih banyak penyakit mikrobial asal daging lainnya, sebutlah seperti Escherichia coli O157, salmonellosis, dan staphylococcosis.
sumber: tri satya pn (k0mpas) | editor: soeparno