Normal angka kematian DOC sesampai di kandangtidak lebih dari 2 % jumlah yang dikirim. Bila lebih, pasti ada yang salah. Apakah kualitas DOC di bawah standaratau proses pengiriman yang bermasalah

Sebaik apapun kualitas DOC (
Day Old Chicks)
atau ayam umur sehari yang dihasilkan, tidak ada artinya jika sampai
kandang kondisinya stres, tidak mau makan dan minum, bahkan mati. Dalam
hal ini, teknik penanganan selama proses pengiriman menjadi titik kritis
yang sangat penting. Demikian diungkapkan
Deputy Poultry Director PT Sierad Produce, Boedi Poerwanto kepada TROBOS Livestock.
Menurut Boedi, selama 5 tahun terakhir, dalam hal transportasi DOC, pihak
hatchery (penetasan) sudah banyak kemajuan. Mulai dari perbaikan proses
breeding, menekan
angka kematian, perbaikan metode transportasi, perlakukan selama
transportasi, kedisiplinan sumber daya manusia, dan faktor penentu
lainnya.
Ini diakui Said Sigit Prabowo peternak
broiler (ayam pedaging) asal Bogor, sebagai pengguna DOC. Menurut Sigit, semakin banyaknya
hatchery yang berdiri di sekitar sentra peternakan
broiler
merupakan salah satu strategi untuk menekan penurunan kualitas DOC
selama proses transportasi. “Di Jawa saja, sekarang di tiap provinsi
sudah ada
hatchery,” kata Sigit. Dengan demikian, waktu tempuh
DOC sampai kandang bisa lebih cepat, kondisi DOC lebih segar,
pertumbuhan DOC lebih baik, dan angka kematian pun bisa ditekan.
Angka Kematian
Dikatakan Boedi, normalnya angka kematian DOC selama pengiriman tidak
lebih dari 2 % total jumlah DOC yang dikirim. Itu sebabnya, tiap
hatchery
umumnya melebihkan 2 ekor DOC dalam setiap boks pengirimin (kapasitas
100 ekor). “Kalau ada kematian lebih dari itu berarti ada yang salah
antara kualitas DOC yang kurang bagus atau proses pengirimannya
bermasalah,” ujar Boedi.
Pada kondisi transportasi DOC yang ekstrim, kata Boedi, DOC sampai
kandang bisa mati sekaligus. Pola kematian secara serentak ini berbeda
dengan pola kematian DOC karena faktor kualitas produksi
hatchery. “Biasanya kualitas DOC yang kurang baik dari
hatchery pola kematiannya sedikit demi sedikit dalam beberapa hari pemeliharaan,” ungkap Boedi.
Lama Pengiriman
Jarak tempuh dan kondisi lalu lintas harus diperhitungkan dalam
pengiriman DOC. menurut Boedi, idealnya pengiriman DOC tidak lebih dari
12 jam, lebih cepat lebih baik. Sementara Sigit berpatokan, kalau
memungkinkan transportasi DOC paling lama 3 sampai 4 jam. Strategi ini
diterapkan pada usaha pembibitan (
breeding) yang dikembangkan Sigit bersama koleganya di Pulau Bangka.
Waktu pengiriman juga sudah menjadi perhatian dalam proses pengiriman. Menurut Teddy, umumnya
hatchery
mulai melakukan persiapan pengiriman pada sore hari, kemudian berangkat
mengirim pada malam hari. “Ini untuk menghindari kondisi cuaca panas
yang tidak menentu pada siang hari sepanjang perjalanan,” kata Teddy.
Kasus yang paling umum terjadi terkait transportasi DOC adalah DOC
mengalami dehidrasi (kekurangan cairan) sesampainya di kandang. Boedi
menjelaskan, kondisi ini bisa terjadi karena DOC terlalu lama dalam
perjalanan mungkin karena kemacetan, truk mogok, atau faktor penghambat
lainnya. “Kondisi DOC kekurangan cairan dapat dilihat dari ruas-ruas
kakinya yang kering dan pembuluh darah di kaki terlihat merah,” kata
Boedi.
Dalam kondisi tersebut, lanjutnya, jika DOC masih mau minum itu
pertanda bagus dan biasanya diberi perlakukan vitamin atau cairan
elektrolit sudah cukup mengembalikan stamina. Celakanya jika DOC sudah
tidak mau minum maupun makan, besar kemungkinannya DOC bakal mati. “Jika
melihat ada kelompok DOC yang seperti ini segera dipisahkan dan
diperlakukan tersendiri. Misalnya diberi minum secara paksa. Untuk makan
tidak masalah, DOC mampu tidak makan selama 3 hari karena masih ada
asupan nutrisi dari kuning telur (
yolk),” kata Boedi.
Sepanjang perjalanan, faktor utama yang jadi perhatian untuk menjaga
kondisi DOC adalah suhu dan kelembaban. Menurut Boedi, suhu dalam
ruangan truk angkutan DOC idealnya disetel tidak lebih dari 30
0 celcius. “Ini merupakan suhu yang nyaman bagi DOC,” kata Boedi.
Tidak kalah pentingnya kelembaban. Menurut Boedi, kelembaban dalam
ruang pengangkut juga perlu jadi perhatian, terlebih Indonesia merupakan
negara tropis dengan curah hujan yang relatif tinggi. Kondisi
lingkungan ini, kata Boedi, kerap menimbulkan kondisi lembab yang
tinggi. “Jika ini sampai terjadi selama pengangkutan maka akan
mengganggu pernafasan dan pertumbuhan ayam,” kata Boedi. Ia menambahkan,
kelembaban ideal selama pengangkutan sekitar 70 %.
Sirkulasi Udara
Guna menjaga suhu dan kelembaban tetap stabil, kata Boedi, keberadaan
kipas untuk sirkulasi udara ruang pengangkut DOC penting untuk
diperhatikan. Jika truk pengangkut DOC sudah menggunakan AC (
Air Conditioner), akan lebih mudah mengontrol suhu. “Teknologi ini sudah digunakan dalam penganggukan
parent stock atau indukan,” ujar Boedi.
Boedi mengingatkan, selama perjalanan mengangkut DOC, kipas tidak boleh
mati. Ia menyarankan, dinamo penggerak kipas harus terpisah dari dinamo
mesin truk, supaya perputaran kipas tidak terpengaruh saat truk sedang
berhenti. Ada baiknya pada dinamo kipas tersebut dipasang sistem
otomatis, sehingga pada saat truk jalan, sumber energi bisa otomatis
dialihkan ke dinamo mesin supaya hemat baterai.
Teknologi Baru
Sentuhan teknologi terkini untuk pengangkutan DOC juga mulai dilirik para perusahaan
hatchery.
Seperti penggunaan boks DOC yang sampai saat ini masih menggunakan
kardus, kini mulai tersedia boks yang terbuat dari plastik. Menurut
Boedi, meski perlu biaya yang lebih tinggi namun penggunaan boks
plakstik jelas lebih tahan lama, ketimbang boks kardus yang hanya sekali
pakai.
Namun, Boedi menganjurkan penggunaan boks plastik untuk pengiriman
jarak dekat saja. “Karena sifat bahan plastik yang lebih panas, jika
terlalu lama akan berpengaruh pada kondisi DOC,” kata Boedi beralasan.
Alasan lain kian banyak
hatchery yang menggunakan boks DOC
dari plastik diungkapkan Teddy. Menurut Teddy, penggunaan boks kardus
membuat sirkulasi udara dalam ruang pengangkutan tidak lancar, karena
lubang-lubang yang tersedia di kardus sedikit. “Hambatan sirkulasi udara
tersebut dapat dikurangi dengan menggunakan boks plastik yang lebih
banyak lubangnya,” kata Teddy.