poultryindonesia.com, Pembuatan
pakan berbentuk pellet hampir memasuki usia satu abad. Terhitung sejak peternak
– peternak Inggris membuat pakan pellet pertama kalinya di tahun 1920 an,
teknologi pellet terus berkembang dan telah menjadi bagian integral dari
industri pakan ayam broiler. Awalnya pembuatan pellet dilakukan dengan
sangat sederhana tanpa perlakuan.
Saat ini proses pembuatan pellet biasanya diawali dengan perlakuan awal baik
berupa penambahan molases, pellet binder, lemak yang dikondisikan dengan steam
(penggunaan uap panas) sebelum pakan di tekan (press) menjadi pellet. Steam
pellet dimaksudkan untuk membunuh bakteri atau mikroorganisme dan proses
gelatinizasi. Karena itu steam pellet lebih banyak digunakan saat ini
dalam industri pakan ternak sementara pellet tanpa steam hanya
digunakan untuk penelitian.
Rasionalisasi dari manfaat positif pada penggunaan pellet dalam peningkatan
kualitas pakan tidak tunggal. Paling tidak, ada beberapa modus operandi ;
Pertama, pakan berbentuk pellet dapat meningkatkan konsumsi pakan. Ini
diakibatkan karena adanya peningkatan nilai bulk densitas dari pakan berbentuk
pellet. Logika ini dapat dijelaskan dari fakta bahwa pakan yang dipellet
cenderung menempati ruang yang lebih kecil dengan jumlah nutrisi yang sama.
Kedua, pellet dapat meningkatkan kecernaan pakan. Teknologi steam
pellet selain dapat membunuh mikroba – mikroba pathogen juga dapat menyebabkan
terjadinya gelatinizasi dari pati yang merupakan komponen terbesar dari pakan
unggas. Pati yang tergelatinizasi akan lebih mudah dicerna dari pada pati yang
tidak mengalami proses gelatinizasi.
Ketiga, meningkatkan energi netto untuk produksi. Unggas yang mengkonsumsi
pakan yang dipellet cenderung menghabiskan waktu yang lebih sedikit dalam
proses konsumsi pakan dibandingkan dengan unggas yang memakan pakan yang tidak
dipellet. Ini berarti bahwa energi untuk makan dapat ditekan. Data dari
Skinner-Noble dkk (2005) menunjukkan bahwa ayam yang mengkonsumsi pakan yang
dipellet hanya menggunakan 8% waktu setiap hari untuk makan dibandingkan dengan
ayam yang pakannya berbentuk tepung menghabiskan 21% waktunya untuk makan.
Jumlah pakan yang dikonsumsi lebih tinggi pada ayam yang mendapatkan pakan
berbentuk pellet. Karena itu penggunaan pakan berbentuk pellet sangat penting
ketika waktu dan tempat pakan menjadi kendala.
Ukuran pellet
Kualitas pellet adalah hal penting yang harus diperhatikan dalam
meningkatkan kualitas ransum. Kualitas pellet ditentukan oleh beberapa hal
antara lain : kekerasan pellet, proporsi ukuran yang hancur dan berbentuk halus
setelah proses pembuatan pellet. Hasil penelitian kami menunjukkan bahwa
proporsi pellet yang hancur dalam jumlah yang besar akan menurunkan kualitas
pellet. Penurunan pertambahan bobot badan unggas sebesar 5% ditemukan ketika 45%
pakan yang berbentuk pellet hancur dalam ukuran yang halus dibandingkan dengan
ayam yang pakan pelletnya hancur hanya 25%.
Kondisi ini memberikan informasi bahwa proses pelleting tidak banyak
memberikan pengaruh positif terhadap unggas dibandingkan dengan ukuran pellet
karena ketika pellet itu dihaluskan, pertambahan bobot badan unggas sangat
minimal. Pertanyaannya kemudian mengemuka “Seberapa besar ukuran pellet yang
ideal untuk unggas?”. Hal ini penting karena unggas melakukan seleksi pakan
yang akan dimakan berdasarkan ukuran pertikel atau besar pellet akibat adanya
mekano receptor yang ada di paruh atau mulut unggas. Karena itu ukuran pellet
yang ideal untuk unggas mestinya berkaitan dengan ukuran paruh atau mulut
unggas.
Hasil penelitian kami membuktikan bahwa korelasi antara ukuran pellet dan
besar paruh/mulut unggas bersifat linear. Artinya, semakin besar ukuran paruh
maka semakin besar ukuran pellet yang diinginkan. Penelitian kami membuktikan
bahwa broiler cenderung memilih ukuran pellet 40% dari ukuran paruhnya. Data
kami juga membuktikan bahwa setiap minggu ukuran lebar paruh bertambah sebesar
kurang lebih 1 mm. Ini mengindikasikan bahwa sejatinya ukuran pellet mesti
bertambah besar setiap minggu atau paling tidak setiap dua minggu untuk ayam
broiler. Setiap dua minggu ukuran pellet rata – rata mestinya bertambah sekitar
1 mm. Data ini mensyaratkan bahwa ukuran pellet pakan broiler sampai usia 6
minggu idealnya memiliki tiga jenis ukuran pellet yang terus berubah setiap 2
minggu. Ini dimaksudkan untuk mengakomodasi keinginan unggas untuk mengkonsumsi
pakan sesuai dengan ukuran partikel pellet yang diinginkan. Burhanudin
Sundu. Staf Pengajar Peternakan Universitas Tadulako, Palu.