Selasa, 11 September 2012

Pakan Bentuk Pellet, Informasi dari Penelitian Mutakhir


poultryindonesia.com, Pembuatan pakan berbentuk pellet hampir memasuki usia satu abad. Terhitung sejak peternak – peternak Inggris membuat pakan pellet pertama kalinya di tahun 1920 an, teknologi pellet terus berkembang dan telah menjadi bagian integral dari industri pakan ayam broiler.  Awalnya pembuatan pellet dilakukan dengan sangat sederhana  tanpa perlakuan.
Saat ini proses pembuatan pellet biasanya diawali dengan perlakuan awal baik berupa penambahan molases, pellet binder, lemak yang dikondisikan dengan steam (penggunaan uap panas) sebelum pakan di tekan (press) menjadi pellet. Steam pellet dimaksudkan untuk membunuh bakteri atau mikroorganisme dan proses gelatinizasi. Karena itu steam pellet lebih banyak digunakan saat ini dalam industri pakan ternak sementara pellet tanpa steam hanya digunakan untuk penelitian.
Rasionalisasi dari manfaat positif pada penggunaan pellet dalam peningkatan kualitas pakan tidak tunggal. Paling tidak, ada beberapa modus operandi ; Pertama, pakan berbentuk pellet dapat meningkatkan konsumsi pakan. Ini diakibatkan karena adanya peningkatan nilai bulk densitas dari pakan berbentuk pellet. Logika ini dapat dijelaskan dari fakta bahwa pakan yang dipellet cenderung menempati ruang yang lebih kecil dengan jumlah nutrisi yang sama. Kedua, pellet dapat meningkatkan kecernaan pakan. Teknologi steam pellet selain dapat membunuh mikroba – mikroba pathogen juga dapat menyebabkan terjadinya gelatinizasi dari pati yang merupakan komponen terbesar dari pakan unggas. Pati yang tergelatinizasi akan lebih mudah dicerna dari pada pati yang tidak mengalami proses gelatinizasi.
Ketiga, meningkatkan energi netto untuk produksi. Unggas yang mengkonsumsi pakan yang dipellet cenderung menghabiskan waktu yang lebih sedikit dalam proses konsumsi pakan dibandingkan dengan unggas yang memakan pakan yang tidak dipellet. Ini berarti bahwa energi untuk makan dapat ditekan. Data dari Skinner-Noble dkk (2005) menunjukkan bahwa ayam yang mengkonsumsi pakan yang dipellet hanya menggunakan 8% waktu setiap hari untuk makan dibandingkan dengan ayam yang pakannya berbentuk tepung menghabiskan 21% waktunya untuk makan. Jumlah pakan yang dikonsumsi lebih tinggi pada ayam yang mendapatkan pakan berbentuk pellet. Karena itu penggunaan pakan berbentuk pellet sangat penting ketika waktu dan tempat pakan menjadi kendala.
Ukuran pellet
Kualitas pellet adalah hal penting yang harus diperhatikan dalam meningkatkan kualitas ransum. Kualitas pellet ditentukan oleh beberapa hal antara lain : kekerasan pellet, proporsi ukuran yang hancur dan berbentuk halus setelah proses pembuatan pellet. Hasil penelitian kami menunjukkan bahwa proporsi pellet yang hancur dalam jumlah yang besar akan menurunkan kualitas pellet. Penurunan pertambahan bobot badan unggas sebesar 5% ditemukan ketika 45% pakan yang berbentuk pellet hancur dalam ukuran yang halus dibandingkan dengan ayam yang pakan pelletnya hancur hanya 25%.
Kondisi ini memberikan informasi bahwa proses pelleting tidak banyak memberikan pengaruh positif terhadap unggas dibandingkan dengan ukuran pellet karena ketika pellet itu dihaluskan, pertambahan bobot badan unggas sangat minimal. Pertanyaannya kemudian mengemuka “Seberapa besar ukuran pellet yang ideal untuk unggas?”. Hal ini penting karena unggas melakukan seleksi pakan yang akan dimakan berdasarkan ukuran pertikel atau besar pellet akibat adanya mekano receptor yang ada di paruh atau mulut unggas. Karena itu ukuran pellet yang ideal untuk unggas mestinya berkaitan dengan ukuran paruh atau mulut unggas.
Hasil penelitian kami membuktikan bahwa korelasi antara ukuran pellet dan besar paruh/mulut unggas bersifat linear. Artinya, semakin besar ukuran paruh maka semakin besar ukuran pellet yang diinginkan. Penelitian kami membuktikan bahwa broiler cenderung memilih ukuran pellet 40% dari ukuran paruhnya. Data kami juga membuktikan bahwa setiap minggu ukuran lebar paruh bertambah sebesar kurang lebih 1 mm. Ini mengindikasikan bahwa sejatinya ukuran pellet mesti bertambah besar setiap minggu atau paling tidak setiap dua minggu untuk ayam broiler. Setiap dua minggu ukuran pellet rata – rata mestinya bertambah sekitar 1 mm. Data ini mensyaratkan bahwa ukuran pellet pakan broiler sampai usia 6 minggu idealnya memiliki tiga jenis ukuran pellet yang terus berubah setiap 2 minggu. Ini dimaksudkan untuk mengakomodasi keinginan unggas untuk mengkonsumsi pakan sesuai dengan ukuran partikel pellet yang diinginkan. Burhanudin Sundu. Staf Pengajar Peternakan Universitas Tadulako, Palu.