Minggu, 18 September 2011

Mengenal Manfaat Minum Susu Bagi Kecerdasan Manusia Indonesia

susuSejarah manusia mengkonsumsi susu sapi telah dimulai sejak ribuan tahun sebelum masehi, ketika manusia mulai mendomestikasi ternak penghasil susu untuk dikonsumsi hasilnya. Daerah yang memiliki peradaban tinggi seperti Mesopotamia, Mesir, India, dan Yunani diduga sebagai daerah asal manusia pertama kali memelihara sapi perah Hal tersebut ditunjukkan dari berbagai bukti berupa sisa-sisa pahatan gambar sapi dan adanya kepercayaan masyarakat setempat yang menganggap sapi sebagai ternak suci. Pada saat itu pula susu telah diolah menjadi berbagai produk seperti mentega dan keju. Ketersediaan susu di zaman modern ini merupakan hasil perpaduan antara pengetahuan tentang susu yang telah berusia ribuan tahun dengan aplikasi teknologi dan ilmu pengetahuan modern (Shiddieqy, 2004).

Susu merupakan sekresi yang dihasilkan oleh mammae/ambing hewan mammalia termasuk manusia dan merupakan makanan pertama bagi bayi manusia dan hewan sejak dilahirkan. Menurut SNI 01-3141-1998 definisi susu murni adalah caiaran yang berasal dari ambing sapi sehat dan bersih diperoleh dengan cara pemerahan yang benar, yang kandungan alamiahnya tidak dikurangi atau ditambah sesuatu apapun dan mendapat perlakuan apapun. Susu segar adalah susu murni yang tidak mendapat perlakuan apapun kecuali proses pendinginan tanpa mempengaruhi kemurniannya.
Komposisi susu terdiri atas air (water), lemak susu (milk fat), dan bahan kering tanpa lemak (solids nonfat). Kemudian, bahan kering tanpa lemak terbagi lagi menjadi protein, laktosa, mineral, asam (sitrat, format, asetat, laktat, oksalat), enzim (peroksidase, katalase, pospatase, lipase), gas (oksigen, nitrogen), dan vitamin (vit. A, vit. C, vit. D, tiamin, riboflavin). Persentase atau jumlah dari masing-masing komponen tersebut sangat bervariasi karena dipengaruhi berbagai faktor seperti faktor bangsa (breed) dari sapi (Anonim, 2004).
Susu merupakan bahan pangan yang memiliki komponen spesifik seperti lemak susu, kasein (protein susu), laktosa (karbohidrat susu), minaral dan vitamin.
Protein Susu
Protein dalam susu mencapai 3,25%. Struktur primer protein terdiri atas rantai polipeptida dari asam-asam amino yang disatukan ikatan-ikatan peptida (peptide linkages). Beberapa protein spesifik menyusun protein susu. Kasein merupakan komponen protein yang terbesar dalam susu dan sisanya berupa whey protein. Kadar kasein pada protein susu mencapai 80%. Kasein terdiri atas beberapa fraksi seperti alpha-casein, betha-casein, dan kappa-casein. Kasein merupakan salah satu komponen organik yang berlimpah dalam susu bersama dengan lemak dan laktosa. Kasein penting dikonsumsi karena mengandung komposisi asam amino yang dibutuhkan tubuh. Dalam kondisi asam (pH rendah), kasein akan mengendap karena memiliki kelarutan (solubility) rendah pada kondisi asam serta kasein mudah dicerna (digestible) saluran pencernaan (Shiddieqy, 2004).
Pemanasan, pemberian enzim proteolitik (rennin), dan pengasaman dapat memisahkan kasein dengan whey protein. Selain itu, sentrifugasi pada susu dapat pula digunakan untuk memisahkan kasein. Setelah kasein dikeluarkan, maka protein lain yang tersisa dalam susu disebut whey protein. Whey protein merupakan protein butiran (globular). Betha-lactoglobulin, alpha-lactalbumin, Immunoglobulin (Ig), dan Bovine Serum Albumin (BSA) adalah contoh dari whey protein. Alpha-lactalbumin merupakan protein penting dalam sintesis laktosa dan keberadaannya juga merupakan pokok dalam sintesis susu. Dalam whey protein terkandung pula beberapa enzim, hormon, antibodi, faktor pertumbuhan (growth factor), dan pembawa zat gizi (nutrient transporter). Sebagian besar whey protein kurang tercerna dalam usus. Ketika whey protein tidak tercerna secara lengkap dalam usus, maka beberapa protein utuh dapat menstimulasi reaksi kekebalan sistemik. Peristiwa ini dikenal dengan alergi protein susu (milk protein allergy) (Shiddieqy, 2004).
Mineral (Kalsium)
Semua mineral susu dibutuhkan oleh manusia dalam perbandingan yang sempurna. Kadar mineral susu adalah 0.85%, terdiri dari Kalsium, Fosfor, Kalium, Natrium, Khlor, dan Magnesium. Selain itu ditemukan elemen-elemen lain dalam kadar rendah dinamakan sebagai trace elemen (jodium, besi, tembaga). Kalsium merupakan bahan makanan yang dibutuhkan dalam diet makanan manusia. Jumlah asupan kalsium sulit diukur bagi orang-orang yang tidak mengkonsumsi susu. Kalsium dibutuhkan oleh ibu hamil, bayi, balita, anak-anak, orang tua bahkan orang dewasa. Kalsium dan vitamin D sangat penting untuk diet makanan manusia lansia terutama wanita setelah masa menopause. Kasus osteoporosis, banyak diderita wanita tua. Sebagai pencegahan diperlukan diet makanan seperi susu. Dalam penyerapan kalsium diperlukan vitamin D. Susu mampu mensuplai sekitar 725 mg kebutuhan kalsium manusia (Sanjaya, 2007).
Karbohidrat susu
Karbohirat merupakan zat organik yang terdiri atas karbon, hidrogen, dan oksigen. Karbohidrat dapat dikelompokkan berdasarkan jumlah molekul gula-gula sederhana (simple sugars) dalam karbohidrat tersebut. Monosakarida, disakarida, dan polisakarida merupakan beberapa kelompok karbohidrat. Laktosa adalah karbohidrat utama susu dengan proporsi 4,6% dari total susu. Laktosa tergolong dalam disakarida yang disusun dua monosakarida, yaitu glukosa dan galaktosa. Rasa manis laktosa tidak semanis disakarida lainnya, seperi sukrosa. Rasa manis laktosa hanya seperenam kali rasa manis sukrosa.
Laktosa dapat memengaruhi tekanan osmosa susu, titik beku, dan titik didih. Keberadaan laktosa dalam susu merupakan salah satu keunikan dari susu itu sendiri, karena laktosa tidak terdapat di alam kecuali sebagai produk dari kelenjar susu. Laktosa merupakan zat makanan yang menyediakan energi bagi tubuh. Namun, laktosa ini harus dipecah menjadi glukosa dan galaktosa oleh enzim bernama laktase agar dapat diserap usus. Enzim laktase merupakan enzim usus yang digunakan untuk menyerap dan mencerna laktosa dalam susu. Jika tubuh kekurangan enzim laktase maka akan terjadi gangguan pencernaan pada saat mengkonsumsi susu. Laktosa yang tidak tercerna akan terakumulasi dalam usus besar dan akan mempengaruhi keseimbangan osmotis di dalamnya, sehingga air dapat memasuki usus. Peristiwa tersebut lazim dinamakan intoleransi laktosa.
Lemak susu
Persentase lemak susu bervariasi antara 2,4% – 5,5%. Lemak susu terdiri atas trigliserida yang tersusun dari satu molekul gliserol dengan tiga molekul asam lemak (fatty acid) melalui ikatan-ikatan ester (ester bonds). Asam lemak susu berasal dari aktivitas mikrobiologi dalam rumen (lambung ruminansia) atau dari sintesis dalam sel sekretori. Asam lemak disusun rantai hidrokarbon dan golongan karboksil (carboxyl group). Salah satu contoh dari asam lemak susu adalah asam butirat (butyric acid) berbentuk asam lemak rantai pendek (short chain fatty acid) yang akan menyebabkan aroma tengik (rancid flavour) pada susu ketika asam butirat ini dipisahkan dari gliserol dengan enzim lipase.
Lemak susu dikeluarkan dari sel epitel ambing dalam bentuk butiran lemak (fat globule) yang diameternya bervariasi antara 0,1 – 15 mikron. Butiran lemak tersusun atas butiran trigliserida yang dikelilingi membran tipis yang dikenal dengan Fat Globule Membran (FGM) atau membran butiran lemak susu. Komponen utama dalam FGM adalah protein dan fosfolipid (phospholipid). FGM salah satunya berfungsi sebagai stabilisator butiran-butiran lemak susu dalam emulsi dengan kondisi encer (aqueous) dari susu, karena susu sapi mengandung air sekira 87%.
Lemak susu mengandung beberapa komponen bioaktif yang sanggup mencegah kanker (anticancer potential), termasuk asam linoleat konjugasi (conjugated linoleic acid), sphingomyelin, asam butirat, lipid eter (ether lipids), b-karoten, vitamin A, dan vitamin D. Lemak susu mampu menghasilkan asam lemak essensial berupa Arachidonic Acid (AA), yaitu : asam lemak tak jenuh rantai panjang (polyunsaturated fatty acids) yang diperlukan untuk pembentukan sel-sel otak yang optimal. Jumlah AA dalam susu sangat mencukupi untuk menjamin pertumbuhan dan kecerdasan anak (Handayani, 2007). Meskipun susu mengandung asam lemak jenuh (saturated fatty acids) dan trans fatty acids yang dihubungkan dengan atherosklerosis dan penyakit jantung, namun susu juga mengandung asam oleat (oleic acid) yang memiliki korelasi negatif dengan penyakit tersebut. Lemak susu mengandung asam lemak esensial, asam linoleat (linoleic acid) dan linolenat (linolenic acid) yang memiliki bermacam-macam fungsi dalam metabolisme dan mengontrol berbagai proses fisiologis dan biokimia pada manusia.
Vitamin susu
Vitamin ditemukan dalam lemak (A, D, E, dan K) dan sebagian dalam air dari susu (Vit. B: aneurin, lactoflavin, asam Nikotinat, asam Pantotenat dan Vit. C). Bersama dengan mineral, ia mampu memperlancar metabolisme dari tubuh (Sanjaya, 2007).
Manusia Indonesia dan Kecerdasan
Kualitas sumber daya manusia Indonesia jauh tertinggal dari sumber daya manusia negara di dunia bahkan dari negara tetangga. Tahun 1998 peringkat sumber daya manusia Indonesia berada di angka 99 dunia. Pada tahun 1999 menurun menjadi 105 dunia dan pada tahun 2004, peringkat sumber daya manusia Indonesia kembali menurun ke angka 111 dunia. Penurunan ini disebabkan oleh kebiasaan minum susu yang rendah, terutama asupan dari susu segar. Bila dibandingkan dengan Amerika Serikat, negara Indonesia jauh tertinggal dalam program khusus menyangkut susu untuk masyarakatnya. Amerika Serikat mampu menyediakan makanan tambahan untuk anak-anak, ibu hamil, dan ibu menyusui dengan program WIC (Women, Infants, and Children). Konsumsi kalsium di Amerika mencapai 743 mg per hari. Dengan rata-rata orang dewasa 539 mg sedangkan anak usia 12-18 tahun 1.179 mg, rekomendasi yang diberikan 800-1200 mg. Di Indonesia, asupan kalsium hanya mencapai 23 mg (Khomsan, 2005).
Untuk tercapainya tujuan pembangunan nasional, dibutuhkan tersedianya sumber daya manusia yang cerdas, tangguh, mandiri serta berkualitas. Data UNDP tahun 1997 mencatat bahwa Indeks Pembangunan Manusia di Indonesia masih menempati urutan ke 106 dari 176 negara. Tingkat pendidikan dan pendapatan penduduk Indonesia memang belum memuaskan. Menyadari bahwa dalam rangka menghadapi makin ketatnya persaingan bebas pada era globalisasi, upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia berupa peningkatan kecerdasan harus dilakukan melalui peningkatan konsumsi susu (Anonim, 2007).
Susu berperan dalam peningkatan kecerdasan karena susu mengandung Arachidonic Acid (AA), yaitu : asam lemak tak jenuh rantai panjang (polyunsaturated fatty acids) yang diperlukan untuk pembentukan sel-sel otak yang optimal. Selain itu susu mengandung sphingomyelin yang berfungsi sebagai komponen membran khusus sistem syaraf (Manalu, 1999).
Penduduk yang cerdas bukan saja akan menunjang keberhasilan program pendidikan, tetapi juga mendorong peningkatan produktivitas dan pendapatan penduduk. Untuk mempercepat keberhasilan pembangunan diperlukan kebijakan yang lebih dinamis dan proaktif dengan melibatkan semua sektor terkait, pemerintah, swasta dan masayarakat (Anonim, 2003).
Sumber Literatur:
Disarikan dari Tulisan Drh. Agus Mulyadi (2009)
Anonim, 2003. Sumber Daya Manusia Indonesia Dalam Pembangunan. Http://www. Departemen-Kesehatan.com. Tanggal kunjungan : 31 Januari 2008.
Anonim, 2004. Otak Kosong Melanda Indonesia. Http://www. Kompas.com. Tanggal kunjungan : 31 Januari 2008.
Anonim, 2007. Susu Bukan Pelengkap. Http://www.human-resources-health.com. Tanggal kunjungan : 31 Januari 2008.
Handayani, F., 2007. Haruskah Kita Memilih Susu dengan Kandungan Ekstra. Http://www.mail-archive.com/milis-nakita@news.gramedia-majalah.com. Tanggal kunjungan : 31 Januari 2008.
Khomsan, A., 2005. Manfaat Susu Sapi. Http:// www. Pikiran-rakyat.com. Tanggal kunjungan : 31 januari 2008.
Manalu, W., 1999. Pengantar Ilmu Nutrisi Hewan. Bagian Fisiologi Dan Farmakologi. FKH. IPB.
Sanjaya, A.W. et al., 2007. Higiene Pangan. Bagian Kesehatan Masyarakat Vteriner Departemen IPHK dan KESMAVET. FKH. IPB. Bogor.
Shiddieqy, 2004. Gizi Masyarakat dan Kualitas Manusia Indonesia. Http:// www. Pikiran-rakyat.com. Tanggal kunjungan : 31 Januari 2008.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar