Selasa, 11 Februari 2014

Penggunaan Antibiotika Berlebihan Mengancam Keamanan Daging

daging-sapi4
Livestockreview.com, Produk Olahan. Daging bukan hanya komoditas pertanian yang punya nilai ekonomi, melainkan juga esensial bagi pemenuhan kebutuhan gizi rakyat Indonesia, terutama generasi muda bangsa. Namun, kepedulian konsumen akan kesehatan daging masih belum terbangun dengan baik dan benar. Daging sehat adalah daging yang berasal dari pola budidaya ternak yang sehat, tidak mencemari lingkungan, dan disembelih secara ‘manusiawi’.
Kesehatan daging semestinya menjadi hal mendesak, dengan pergerakan industri dari sekadar komoditas menjadi daging berkualitas (quality meat). Kompleksnya kesehatan daging ditentukan sejak di hulu dari peternakan asal sampai ke hilir, melalui rantai suplai yang cukup panjang. Cara pemberian pakan, antibiotik, dan hormon pemacu pertumbuhan untuk ternak di hulu sangat memengaruhi kesehatan daging. Begitu juga pestisida yang digunakan untuk penyemprotan kandang dan lahan peternakan.
Penggunaan antibiotik berlebihan pada ternak dapat memunculkan masalah kekebalan pada manusia. Penggunaan hormon pada ternak akan berakumulasi dalam daging ternak, kemudian memengaruhi sistem kekebalan endokrin manusia. Residu pestisida dalam daging ternak bisa mengganggu kesehatan manusia.
Meskipun data gangguan kesehatan daging belum banyak ditemukan di Indonesia, bukan berarti harus diabaikan begitu saja. Data yang sudah dipublikasikan mengindikasikan adanya residu hormon Trenbolon acetat dalam daging impor ataupun sapi-sapi bakalan dari Australia. Walaupun proporsi residu rendah dan kadar yang ditemukan masih di bawah ambang batas toleransi, kondisi ini tetap mengharuskan dilakukannya pengawasan kesehatan daging berkelanjutan.
Kita tetap harus ingat pada risiko lain, seperti penyakit sapi gila atau bovine spongiform enchelophaty (BSE)yang muncul akibat bagian-bagian tubuh sapi diberikan sebagai pakan sapi. BSE dianggap paling berisiko, tetapi masih banyak penyakit mikrobial asal daging lainnya, sebutlah seperti Escherichia coli O157, salmonellosis, dan staphylococcosis.
sumber: tri satya pn (k0mpas) | editor: soeparno

Tidak ada komentar:

Posting Komentar