Jumat, 06 Januari 2012

Pasteurisasi Kejut Listrik Ampuh Bunuh Bakteri Susu


Populasi mikroorganisme dalam susu turun 97,125 % setelah mengalami pasteurisasi selama satu detik dengan kejutan listrik
Enterobacter sakazaki. Nama salah satu jenis bakteri ini kian akrab di telinga masyarakat tanah air terkait dampak negatif yang ditimbulkannya setelah mencemari susu formula. Inilah fakta pahit yang tak bisa dipungkiri. Bahwa meskipun para produsen susu telah mengklaim penerapan sterilisasi dan biosekuriti atas produk mereka, tapi masih saja ditemukan bakteri berbahaya ketika dilakukan pengujian kualitas susu di laboratorium. Tak hanya pada susu formula, hal ini juga kerap ditemukan pada susu segar sehingga membuat harga jualnya turun.
Walau demikian, bukan berarti produsen susu segar maupun susu formula tak berbuat apa-apa untuk membunuh bakteri dalam susu. Mereka selama ini telah melakukan pasteurisasi, yaitu pemanasan susu pada suhu 100oC lebih dalam waktu 1 jam yang kemudian didinginkan. Sayangnya cara ini tak bisa menjamin musnahnya bakteri patogen dalam susu. Alih-alih, nutrisi dalam susu yang sangat bermanfaat bagi tubuh justru bisa rusak. Sebab pada saat susu dipanaskan dan kemudian didinginkan  maka akan terjadi proses denaturasi (pecahnya protein dalam susu).
Kondisi inilah yang mendorong seorang pemuda asal Desa Sragi Dusun Sragi Tengah Kecamatan Banyuwangi Jawa Timur untuk menciptakan alat pasteurisasi susu dengan teknologi Pulsed Electric Field (PEF). Dia adalah Hadi Apriliawan. Mahasiswa akhir jurusan Teknik Pertanian Universitas Brawijaya Malang ini mengatakan, alat pasteurisasi yang ia desain berbeda dengan alat pasteurisasi pada umumnya. 
Jika pasteurisasi biasa menggunakan panas atau Ultra High Temperatur (UHT), alat yang ia ciptakan tanpa menggunakan panas atau pasteurisasi non thermal. Berkat karyanya ini, Hadi berhasil menyabet juara 1 lomba I-STEP (Intensive Student Technopreneurship Program)  yang diadakan oleh Institut Pertanian Bogor pada 2010 lalu.
Metode PEF
Kepada TROBOS, Hadi bercerita, temuannya ini didasari atas keprihatinan terhadap kondisi warga di desanya yang sebagian besar merupakan peternak sapi perah. Susu dari peternak yang  dijual ke pengumpul dengan harga Rp 3.500 per liter. harga yang murah karena memang kualitas susu di sana belum memenuhi standar kualitas susu yang bagus. Penyebabnya antara lain kandungan bakteri yang cukup tinggi akibat proses pasteurisasi yang kurang sempurna.
Dari sinilah kemudian muncul ide membuat alat pasteurisasi susu dengan teknologi Pulsed Electric Field (PEF). PEF ini adalah salah satu metode pengolahan pangan dengan pasteurisasi tanpa pemanasan dengan menggunakan kejutan listrik intensitas tinggi yang diaplikasikan pada bahan yang berbentuk cair.
Menurut Hadi, terdapat empat komponen utama pada alat tersebut. Pertama pembangkit pulsa tegangan tinggi yang menggunakan flyback transformer, ke dua tangki bahan (food tank) sebagai tempat penampungan air susu sebelum dan sesudah proses pasteurisasi, ke tiga ruang perlakuan sebagai tempat terjadinya pasteurisasi, dan ke empat meja penyangga.
Lelaki muda kelahiran 21 April 1989 ini kembali menjelaskan cara kerja dari alat temuannya. Ia menuturkan ketika  susu masuk ke dalam ruang perlakuan akan diberikan  kejutan tegangan tinggi antara 20 - 80 kilo Volt. Kemudian tegangan yang cukup besar tersebut akan menyebabkan terjadinya loncatan elektron sehingga bakteri yang terdapat di dalam susu akan terbunuh oleh elektron tadi tanpa terjadi proses denaturasi di dalamnya. “Dan prosesnya pun hanya berlangsung antara satu mikrodetik sampai satu milidetik dengan pulsa yang pendek,” jelasnya.
Kapasitas pada alat yang Hadi buat mampu menampung sekitar 50 liter susu.  Prosesnya yang menggunakan pompa dengan kecepatan yang mampu mendorong susu hingga 0,5 liter per menit,  sehingga dalam waktu 1 jam alat ini dapat menghasilkan  30 liter susu yang bebas dari bakteri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar