poultryindonesia.com, Mari kita perhatikan tren isu di dunia dan nasional, antara lain (1). Growth with Equity atau pertumbuhan yang adil; (2). Climate change atau perubahan iklim ekstrim; (3). Food security atau ketersediaan pangan; (4). Animal welfare atau kesejahteraan hewan; (5). Financial yaitu pendapatan.
Agribisnis
perunggasan memiliki peranan penting dalam menggerakkan perekonomian
nasional. Dirjen Peternakan dan Keswan Syukur Iwantoro mengungkapkan
bahwa sektor perunggasan menyerap investasi Rp.1,68 triliun (60%) dari
investasi di bidang peternakan sebesar Rp.2,8 triliun.
Agribisnis
ayam pedaging dan petelur mampu menyerap 2,5 juta tenaga kerja langsung
dengan perputaran uang lebih dari 50 triliun per tahun (Dawami, 2011).
Menurut Wamen Perdagangan Bayu Krisnamurthi, setiap tahun Indonesia
berhasil memproduksi 2 miliar ekor ayam dengan nilai transaksi Rp.30
triliun dan produksi telur mencapai 24 miliar butir dengan nilai
transaksi Rp.24-25 triliun. Pada sisi produksi, industri ayam pedaging
memberikan kontribusi sebesar 1,27 juta ton (63,3%) dari total produksi
daging nasional 2,47 juta ton, sementara kontribusi telur ayam ras
mencapai 0,97 juta ton (69,2%) dari total produksi telur nasional 1,43
juta ton. Dengan memperhatikan tren produksi beberapa tahun terakhir,
agribisnis perunggasan diperkirakan dapat tumbuh sebesar 5-7 persen pada
tahun 2013. Fakta-fakta tersebut membuktikan bahwa agribisnis ayam ras
telah berperan nyata dalam mendorong pertumbuhan ekonomi, meningkatkan
kesejahteraan, menciptakan lapangan pekerjaan, dan memperkuat ketahanan
pangan.
Prospek cemerlang
Agribisnis ayam
ras memiliki prospek pasar yang tetap cemerlang pada tahun-tahun
mendatang. Daging dan telur ayam ras merupakan sumber utama konsumsi
protein hewani nasional. Daging ayam ras menyumbang 3,51 kg (50,50%)
dari konsumsi daging sebesar 6,95 kg/kapita/tahun pada tahun 2010,
sedangkan telur ayam ras menyumbang 6,71 kg (92,81%) dari konsumsi telur
7,23 kg (Statistik Peternakan 2011). Jumlah konsumsi daging dan telur
ayam tersebut meningkat signifikan masing-masing 0,46 kg (10,95%) dan
0,88 kg (15,09%) dari konsumsi tahun 2009 sebesar 4,20 kg dan 5,83 kg.
Konsumsi daging dan telur ayam Indonesia tersebut masih berada di bawah
negara tetangga, seperti Malaysia 36 kg dan 19,44 kg, Singapura 28 kg
dan 4 kg, Filipina 8,5 kg dan 5,81, dan Thailand 16 kg dan 9,06 kg.
Tingkat
konsumsi daging dan telur ayam akan terus melonjak karena faktor
karakteristik produk unggas yang harganya terjangkau oleh masyarakat
luas, berkualitas gizi baik, disukai oleh konsumen segala umur,
tersedia dalam jumlah yang cukup, dan dapat diolah menjadi
berbagai jenis makanan, serta penyebarannya menjangkau seluruh wilayah
Indonesia. Selain itu, peningkatan konsumsi juga terus terjadi seiring
dengan peningkatan jumlah penduduk, peningkatan pendapatan masyarakat,
perbaikan tingkat pendidikan dan kesadaran gizi, pertumbuhan masyarakat
kelas menengah, wisata kuliner yang memarak, serta arus globalisasi yang
menyebabkan terjadinya perubahan gaya hidup dan pola konsumsi.
Fenomena
kenaikan konsumsi daging ayam semakin diperkuat oleh masalah produksi
dan distribusi daging sapi. Pada periode Januari-Desember 2012 kenaikan
harga daging sapi mencapai 13 persen, padahal pada periode yang sama
tahun 2011 persentase kenaikannya hanya menyentuh angka 5,8 persen.
Bahkan, pada akhir tahun 2012 harga jual rata-rata daging sapi di
beberapa kota besar di Indonesia mencapai angka kenaikan tertinggi
sebesar Rp.90.000 – Rp.95.000 per kg, meningkat sekitar 30 persen dari
harga jual sebelumnya Rp.70.000 – Rp.75.000 per kg. Kenaikan harga
daging sapi tersebut bukan disebabkan kenaikan permintaan menjelang
perayaan Natal dan Tahun Baru 2013, melainkan merupakan dampak dari
mahalnya harga sapi akibat pasokan sapi di daerah berkurang. Hal ini
kemudian diperparah terungkapnya kasus pencampuran daging sapi untuk
bakso dengan daging babi di beberapa daerah. Kejadian tersebut berdampak
positif terhadap kenaikan konsumsi dan harga daging ayam. Dr. Ir. Sutawi, M.P, Dosen Fak. Pertanian dan Peternakan Univ. Muhammadiyah Malang. (sutawi@umm.ac.id).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar