Kamis, 10 Januari 2013

Prospek Perunggasan 2013 : Cemerlang di Tengah Berbagai Tantangan

poultryindonesia.com, Mari kita perhatikan tren isu di dunia dan nasional, antara lain (1). Growth with Equity atau pertumbuhan yang adil; (2). Climate change atau perubahan iklim ekstrim; (3). Food security atau ketersediaan pangan; (4). Animal welfare atau kesejahteraan hewan; (5). Financial yaitu pendapatan.
Agribisnis perunggasan memiliki peranan penting dalam menggerakkan perekonomian nasional. Dirjen Peternakan dan Keswan Syukur Iwantoro mengungkapkan bahwa sektor perunggasan menyerap investasi Rp.1,68 triliun (60%) dari investasi di bidang peternakan sebesar Rp.2,8 triliun.
Agribisnis ayam pedaging dan petelur mampu menyerap 2,5 juta tenaga kerja langsung dengan perputaran uang lebih dari 50 triliun per tahun (Dawami, 2011). Menurut Wamen Perdagangan Bayu Krisnamurthi, setiap tahun Indonesia berhasil memproduksi 2 miliar ekor ayam dengan nilai transaksi Rp.30 triliun dan produksi telur mencapai 24 miliar butir dengan nilai transaksi Rp.24-25 triliun. Pada sisi produksi, industri ayam pedaging memberikan kontribusi sebesar 1,27 juta ton (63,3%) dari total produksi daging nasional 2,47 juta ton, sementara kontribusi telur ayam ras mencapai 0,97 juta ton (69,2%) dari total produksi telur nasional 1,43 juta ton. Dengan memperhatikan tren produksi beberapa tahun terakhir, agribisnis perunggasan diperkirakan dapat tumbuh sebesar 5-7 persen pada tahun 2013. Fakta-fakta tersebut membuktikan bahwa agribisnis ayam ras telah berperan nyata dalam mendorong pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kesejahteraan, menciptakan lapangan pekerjaan, dan memperkuat ketahanan pangan.

Prospek cemerlang
Agribisnis ayam ras memiliki prospek pasar yang tetap cemerlang pada tahun-tahun mendatang. Daging dan telur ayam ras merupakan sumber utama konsumsi protein hewani nasional. Daging ayam ras menyumbang 3,51 kg (50,50%) dari konsumsi daging sebesar 6,95 kg/kapita/tahun pada tahun 2010, sedangkan telur ayam ras menyumbang 6,71 kg (92,81%) dari konsumsi telur 7,23 kg (Statistik Peternakan 2011). Jumlah konsumsi daging dan telur ayam tersebut meningkat signifikan masing-masing 0,46 kg (10,95%) dan 0,88 kg (15,09%) dari konsumsi tahun 2009 sebesar 4,20 kg dan 5,83 kg. Konsumsi daging dan telur ayam Indonesia tersebut masih berada di bawah negara tetangga, seperti Malaysia 36 kg dan 19,44 kg, Singapura 28 kg dan 4 kg, Filipina 8,5 kg dan 5,81, dan Thailand 16 kg dan 9,06 kg.
Tingkat konsumsi daging dan telur ayam akan terus melonjak karena faktor karakteristik produk unggas yang harganya terjangkau oleh masyarakat luas, berkualitas gizi baik, disukai oleh konsumen  segala  umur,  tersedia  dalam  jumlah  yang  cukup,  dan  dapat  diolah  menjadi berbagai jenis makanan, serta penyebarannya menjangkau seluruh wilayah Indonesia. Selain itu, peningkatan konsumsi juga terus terjadi seiring dengan peningkatan jumlah penduduk, peningkatan pendapatan masyarakat, perbaikan tingkat pendidikan dan kesadaran gizi, pertumbuhan masyarakat kelas menengah, wisata kuliner yang memarak, serta arus globalisasi yang menyebabkan terjadinya perubahan gaya hidup dan pola konsumsi.
Fenomena kenaikan konsumsi daging ayam semakin diperkuat oleh masalah produksi dan distribusi daging sapi. Pada periode Januari-Desember 2012 kenaikan harga daging sapi mencapai 13 persen, padahal pada periode yang sama tahun 2011 persentase kenaikannya hanya menyentuh angka 5,8 persen. Bahkan, pada akhir tahun 2012 harga jual rata-rata daging sapi di beberapa kota besar di Indonesia mencapai angka kenaikan tertinggi sebesar Rp.90.000 – Rp.95.000 per kg, meningkat sekitar 30 persen dari harga jual sebelumnya Rp.70.000 – Rp.75.000 per kg. Kenaikan harga daging sapi tersebut bukan disebabkan kenaikan permintaan menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru 2013, melainkan merupakan dampak dari mahalnya harga sapi akibat pasokan sapi di daerah berkurang. Hal ini kemudian diperparah terungkapnya  kasus pencampuran daging sapi untuk bakso dengan daging babi di beberapa daerah. Kejadian tersebut berdampak positif terhadap kenaikan konsumsi dan harga daging ayam. Dr. Ir. Sutawi, M.P, Dosen Fak. Pertanian dan Peternakan Univ. Muhammadiyah Malang. (sutawi@umm.ac.id).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar