Itik Tasri memiliki postur tubuh sedang, pertumbuhan cepat, dan produksi telur tinggi
Tidak hanya para peneliti di lembaga
penelitian saja yang melakukan riset tetapi juga dikalangan peternak
rakyat melakukan hal yang sama berdasarkan pengalaman empiris. Seperti
yang dilakukan kelompok peternak itik Bahana Putra Mandiri di daerah
Singaparna Tasikmalaya Jawa Barat.
Selama 2 tahun peternak di kelompok ini melakukan penyilangan antara
itik leuwisari jantan dengan itik cihateup betina. Hasilnya, diperoleh
itik jenis baru yang disebut itik Tasri, akronim dari Tasik Leuwisari. Menurut Bendahara Kelompok Peternak Itik Bahana Putra Mandiri, Dana
Rusmana, persilangan ini dimaksudkan untuk menghasilkan itik yang
berpostur tubuh sedang dengan produksi telur yang tinggi karena salah
satu fokus kelompok adalah usaha penetasan telur itik. “Waktu itu belum
punya itik Tasri dan indukan sendiri sehingga mengandalkan indukan dari
daerah lain, hasil telur yang ditetaskan jelek bahkan kebanyakan gagal,”
kata Dana kepada TROBOSLivestock.
Persilangan menggunakan itik cihateup karena memiliki keunggulan dengan
postur tubuhnya yang besar, panjang, dan tinggi. Sedangkan untuk itik
leuwisari memiliki keunggulan produksi telurnya tinggi namun postur
tubuhnya tidak terlalu besar, panjang, dan tinggi.
Sekretaris Kelompok Peternak Itik Bahana Putra Mandiri, Yudi
Romdiansyah menambahkan, itik Tasri ini memiliki keunggulan
pertumbuhannya cepat. Dalam jangka waktu pemeliharaan secara intensif
sekitar 2 bulan dapat menghasilkan berat potong sampai 1,5 kg.
“Pencapaian berat potong itu dengan syarat asupan makanan untuk itik
mencukupi,” ungkap Yudi.
Jika dibandingkan dengan itik dari daerah lain dalam jangka waktu 2
bulan berat potongnya hanya sampai 1,2 kg. “Upaya mengejar berat potong
yang diinginkan pasar dengan mengoptimalkan itik Tasri karena kami juga
fokus di usaha pemotongan bebek untuk memenuhi kebutuhan rumah makan di
daerah Priangan Timur (Tasikmalaya, Garut, Ciamis, Banjar) dan
Jabodetabek (Jakarta, Bogor,Depok,Tangerang, Bekasi),” papar Yudi.
Kini, itik Tasri ini sudah tersebar ke berbagai daerah khususnya di Priangan Timur. Bahkan, sebanyak 750 ekor pullet
(itik siap bertelur) itik Tasri belum lama ini dikirim untuk memenuhi
permintaan peternak di daerah Bogor. “Sudah banyak peternak yang
menggunakan itik Tasri ini dan berhasil,” ujar Dana bangga.
Rasio Persilangan
Dalam menghasilkan itik Tasri ini, Dana menyiapkan indukan berupa pejantan sebanyak 9 ekor dan betina sebanyak 50 ekor. “Untuk melakukan persilangan, setidak-tidaknya rasio perbandingan antara jantan dan betina 1 : 7 dan lebih bagus lagi 1 : 5,” kata pria yang banyak mengikuti pelatihan beternak itik ini.
Dalam menghasilkan itik Tasri ini, Dana menyiapkan indukan berupa pejantan sebanyak 9 ekor dan betina sebanyak 50 ekor. “Untuk melakukan persilangan, setidak-tidaknya rasio perbandingan antara jantan dan betina 1 : 7 dan lebih bagus lagi 1 : 5,” kata pria yang banyak mengikuti pelatihan beternak itik ini.
Dengan rasio itu, telur yang dihasilkan dapat terbuahi semuanya
sehingga bisa langsung ditetaskan dan yang penting tidak retak.
Sebaliknya, jika rasionya tidak sesuai, telur akan banyak yang kosong
karena telurnya tidak dibuahi semuanya.
Melalui rasio persilangan yang tepat akan dihasilkan fertilitas daya
tetas telur yang lebih baik mencapai di atas 70 %. Hal itu, sangat
membantu dalam kontinuitas pasokan DOD (Day Old Duck/itik
umur sehari) yang dibutuhkan anggota kelompok dan peternak lainnya.
“Apalagi setiap anggota memiliki mesin tetas sendiri sehingga sangat
membantu kelancaran pasokan DOD,” kata Dana.
Pria yang usaha beternak itik sejak kecil ini melanjutkan, umur induk
yang siap untuk disilangkan untuk jantan sekitar 1 tahun. Sedangkan
untuk induk betina harus mencapai umur 9 bulan agar daya tetas optimal.
“Pada umur induk betina 9 bulan ini kualitas hasil DOD – nya akan lebih
bagus. Meskipun pada umur 7 bulan, itik betina sudah bisa bertelur tapi
telurnya kecil dan kalau ditetaskan otomatis anaknya kecil,” jelasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar