Kamis, 08 November 2012

Autodidak Menyilang Itik Unggulan


Itik Tasri memiliki postur tubuh sedang, pertumbuhan cepat, dan produksi telur tinggi

Tidak hanya para peneliti di lembaga penelitian saja yang melakukan riset tetapi juga dikalangan peternak rakyat melakukan hal yang sama berdasarkan pengalaman empiris. Seperti yang dilakukan kelompok peternak itik Bahana Putra Mandiri di daerah Singaparna Tasikmalaya Jawa Barat.
Selama 2 tahun peternak di kelompok ini melakukan penyilangan antara itik leuwisari jantan dengan itik cihateup betina. Hasilnya, diperoleh itik jenis baru yang disebut itik Tasri, akronim dari Tasik Leuwisari. Menurut Bendahara Kelompok Peternak Itik Bahana Putra Mandiri, Dana Rusmana, persilangan ini dimaksudkan untuk menghasilkan itik yang berpostur tubuh sedang dengan produksi telur yang tinggi karena salah satu fokus kelompok adalah usaha penetasan telur itik. “Waktu itu belum punya itik Tasri dan indukan sendiri sehingga mengandalkan indukan dari daerah lain, hasil telur yang ditetaskan jelek bahkan kebanyakan gagal,” kata Dana kepada TROBOSLivestock.
Persilangan menggunakan itik cihateup karena memiliki keunggulan dengan postur tubuhnya yang besar, panjang, dan tinggi. Sedangkan untuk itik leuwisari memiliki keunggulan produksi telurnya tinggi namun postur tubuhnya tidak terlalu besar, panjang, dan tinggi.
Sekretaris Kelompok Peternak Itik Bahana Putra Mandiri, Yudi Romdiansyah menambahkan, itik Tasri ini memiliki keunggulan pertumbuhannya cepat. Dalam jangka waktu pemeliharaan secara intensif sekitar 2 bulan dapat menghasilkan berat potong sampai 1,5 kg. “Pencapaian berat potong itu dengan syarat asupan makanan untuk itik mencukupi,” ungkap Yudi.
Jika dibandingkan dengan itik dari daerah lain dalam jangka waktu 2 bulan berat potongnya hanya sampai 1,2 kg. “Upaya mengejar berat potong yang diinginkan pasar dengan mengoptimalkan itik Tasri karena kami juga fokus di usaha pemotongan bebek untuk memenuhi kebutuhan rumah makan di daerah Priangan Timur (Tasikmalaya, Garut, Ciamis, Banjar) dan Jabodetabek (Jakarta, Bogor,Depok,Tangerang, Bekasi),” papar Yudi.
Kini, itik Tasri ini sudah tersebar ke berbagai daerah khususnya di Priangan Timur. Bahkan, sebanyak 750 ekor pullet (itik siap bertelur) itik Tasri belum lama ini dikirim untuk memenuhi permintaan peternak di daerah Bogor. “Sudah banyak peternak yang menggunakan itik Tasri ini dan berhasil,” ujar Dana bangga.
Rasio Persilangan
Dalam menghasilkan itik Tasri ini, Dana menyiapkan indukan berupa pejantan sebanyak 9 ekor dan betina sebanyak 50 ekor. “Untuk melakukan persilangan, setidak-tidaknya rasio perbandingan antara jantan dan betina 1 : 7 dan lebih bagus lagi 1 : 5,” kata pria yang banyak mengikuti pelatihan beternak itik ini.
Dengan rasio itu, telur yang dihasilkan dapat terbuahi semuanya sehingga bisa langsung ditetaskan dan yang penting tidak retak. Sebaliknya, jika rasionya tidak sesuai, telur akan banyak yang kosong karena telurnya tidak dibuahi semuanya.
Melalui rasio persilangan yang tepat akan dihasilkan fertilitas daya tetas telur yang lebih baik mencapai di atas 70 %. Hal itu, sangat membantu dalam kontinuitas pasokan DOD (Day Old Duck/itik umur sehari) yang dibutuhkan anggota kelompok dan peternak lainnya. “Apalagi setiap anggota memiliki mesin tetas sendiri sehingga sangat membantu kelancaran pasokan DOD,” kata Dana.
Pria yang usaha beternak itik sejak kecil ini melanjutkan, umur induk yang siap untuk disilangkan untuk jantan sekitar 1 tahun. Sedangkan untuk induk betina harus mencapai umur 9 bulan agar daya tetas optimal. “Pada umur induk betina 9 bulan ini kualitas hasil DOD – nya akan lebih bagus. Meskipun pada umur 7 bulan, itik betina sudah bisa bertelur tapi telurnya kecil dan kalau ditetaskan otomatis anaknya kecil,” jelasnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar